Kamis, 15 Maret 2012

Pelajar di Prancis Gemar Tampil Seksi

Para pelajar di Prancis dinilai berpakain tidak sesuai usianya di sekolah. Remaja putri di negeri Mode ini dinilai berpakaian dewasa sebelum waktunya.
Ini merupakan hasil survei terbaru yang dihelat suratkabar yang berdiri sejak 1826 di Prancis, Le Figaro. Disebutkan, saat ini, umumnya pelajar putri di Prancis mengenakan pakaian yang dinilai tidak layak di sekolah, seperti kemeja berpotongan rendah, rok yang sangat mini, stoking jala, dan aksesoris trendi.


Survei menunjukkan, 50 persen warga Prancis menilai remaja putri masa kini memakai pakaian lebih seksi dan terbuka. Sementara 36 persen pria Prancis berpendapat, pakaian terbuka sangatlah memalukan dan tidak bermoral.

Pakaian yang seksi dan perilaku provokatif untuk menonjolkan seksualitas atau fenomena “Lolita”, menimbulkan kekhawatiran para orangtua dan memicu diskusi intens dari masyarakat.

Para orangtua meyakini, perilaku salah ini disebabkan oleh dunia maya. Pasalnya banyak laman yang menampilkan foto dan gambar perempuan dengan perilaku tidak senonoh dan memberikan interpretasi yang salah kepada para remaja perempuan mengenai lawan jenis mereka.

Banyak foto tidak bertanggung jawab di internet yang menampilkan remaja perempuan yang kehilangan masa kecil, menonjolkan dada, memamerkan bokong, dan sebagainya. Dan hal ini akan dinilai sebagai keindahan oleh lawan jenis.

Mengenai standar yang semakin parah ini, pihak sekolah punya jawaban tersendiri. “Kami tidak bisa mendefinisikan jenis pakaian apa yang tepat dan mustahil untuk memeriksa panjang rok dari setiap anak. Membuat syarat kepatuhan justru akan lebih buruk lagi,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal Persatuan Sekolah Prancis (FSU) Michel Richard seperti seperti dikutip dari Ralph Laurens, Rabu (14/3/2012).

Apalagi sekolah telah berulang kali memperingatkan mereka bahwa mengenakan pakaian terbuka sangat berbahaya. Bahkan orangtua mengalami kesulitan meski telah memohon kepada anaknya agar mengenakan pakaian yang pantas.

Klaim bahwa pelajar perempuan mengenakan pakaian terlalu seksi, menimbulkan pertanyaan dari sosiolog Prancis. Mereka justru menilai para remaja perempuan tidak ingin pamer aurat dan keseksian. Para remaja dinilai hanya ingin dirinya bahagia.

Sikap orangtua yang menyalahkan media juga dinilai tidak tepat. Pengusaha media terkenal, David Aragon Bray mengatakan, menuding media massa sebagai biang masalah merupakan kesalahan. Menurutnya, hal ini akan mengabaikan masalah yang sebenarnya.

Pasalnya, internet merupakan hal yang gratis dan tidak dapat menjadi penyebab masalah. Jadi ketika anak mendapat pengaruh buruk dari internet, orangtua seharusnya bertanya kepada diri sendiri, karena merekalah orang yang memikul tanggung jawab untuk mengawasi dan mendidik anak-anak.

Meski begitu, para sosiolog berani menjamin, gaya berpakaian yang cenderung minim bukanlah kemunduran sosial. Menurut mereka, ini hanya dampak dari pemasaran dan iklan produk yang merajalela. Meski begitu, mereka tetap menuntut pemakaian baju seragam di sekolah.

0 komentar:

Posting Komentar